Seperti kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”.
Untuk pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income), “tak
kenal konsep dasarnya, maka tak akan pernah paham apa itu comprehensive
income”, apalagi perlakuannya. Baca PSAK-pun akan percuma.
Apa sih itu Akumulasi Laba-Rugi Komperhensif Lain?
Saya yakin kawan-kawan di IAI—terutama team yang
menyusun “PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan,” paham
betul konsep “akumulasi laba-rugi komperhensif lain” maupun laporan pendapatan
komperhensif lain.” Jika tidak, mana mungkin bisa melakukan adopsi. Melalui
PSAK tersebut, jika saya tidak keliru, perusahaan-perusahaan diwajibkan untuk
menerapkan sejak tahun buku 2011 kemarin. Oleh sebab itu, bagi kawan-kawan yang
memerlukan silahkan menghubungi IAI atau berdiskusi dengan mereka (jika
memungkinkan.)
Saya pribadi yang lebih sering menggunakan
literature luar—terutama U.S. GAAP Codification (standar akuntansi hasil
rombakan FASB terkini, sebagai ancang-ancang jika komunitas pengusaha di AS
menolak konvergensi IFRS)—bisa dibilang sudah lumayan lama lah kenal istilah “Accumulated
Other Comprehensive Income.” Meskipun belum bisa disebut mahir,
sedikit-banyakanya saya pahamlah konsep dibalik kemunculan istilah ini. Dengan
memahami latarbelakang, tentunya saya berharap bisa memahami dan
melaksanakannya dalam tataran aplikasi di lapangan, jika diperlukan.
Di tulisan ini,
saya akan membahas “Akumulasi Laba-Rugi Komperhensif Lain” atau “Accumulated
Other Comprehensive Income” menurut versi pemahaman saya pribadi.
Bagi kawan-kawan yang sudah lama menangani
perusahaan cabang yang berinduk di AS sana atau sebaliknya, baik itu sebagai
pegawai accounting atau bertindak selaku auditor independent, pastinya sudah
cukup sering menemukan Neraca yang mengandung bagian khusus di ujung bawahnya.
Tepatnya di bagian “Ekuitas Pemilik”.
Di bawah akun “Tambahan Modal
Disetor” (Additional Capital Paid-in) dan “Laba
Ditahan” (Retained Earning), ada semacam sisipan kelompok
akun yang diberi nama “Akumulasi Laba-Rugi Komperhensif Lain” yang di
neraca-neraca perusahaan di Amrik sana disebut dengan “Accumulated Other
Comprehensive Income.”
Contoh formatnya seperti di bawah ini:
Jangan salah paham. Meskipun namanya
“comprehensive income” atau pendapatan komperhensif, pada kenyataanya akumulasi
laba-rugi komperhensif lain ini samasekali BUKAN PENDAPATAN.
Sisipan kelompok akun ini tiada lain adalah
sekelompok akun bagian dari kelompok “akuitas pemilik” di Neraca yang
menunjukan ikhtisar atau laporan ringkas mengenai efek dari laba-rugi terkait
dengan aktivitas pasar modal yang di BY-PASS langsung ke Neraca tanpa melalui
Laporan Laba-Rugi yang biasanya. Dengan kata lain, kelompok akun sisipan ini
adalah KOREKSI LANGSUNG (direct adjustment) terhadap nilai ekuitas di
Neraca.
Jika kita perhatikan contoh penggalan Neraca di
atas—yang saya beri warna hijau adalah sisipan yang saya maksudkan. Sebelum
akhirnya dipergunakan secara resmi, akun-akun di kelompok ini sempat melalui
perdebatan panjang sejak tahun 1980-an. Menjadi pro-dan-kontra, karena
konsepnya yang masih dianggap kontroversial oleh publik—terutama komunitas
pelaku usaha.
Diantara semua akun di kelompok ini yang
paling banyak mengalami pro-dan-kontra adalah yang dua berikut ini:
- Fluktuasi nilai pasar atas beberapa instrument sekuritas investasi—yang di tampung dalam kelompok akun yang disebut “Laba-rugi Tak Terealisasi dari Sekuritas-tersedia-Untuk-Dijual”; dan
- Perubahan nilai aktiva (asset) dan kewajiban yang berada di perusahaan cabang (subsidiaries) asing yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang asing—yang ditampung dalam akun yang diberi nama “Penyesuaian Translasi Mata Uang Asing.”
Para pelaku usaha keberatan untuk menyertakan
kelompok akun ini ke dalam Laporan Laba-Rugi biasanya, karena menurut mereka,
Laporan Laba-Rugi menjadi berjejal-jejal, sulit dipahami karena bercampur-aduk
dengan laporan-laporan terkait dengan aktivitas pasar modal—bukan aktivitas
utama perusahaan. Hal itu dianggap menganggu tujuan utama Laporan itu sendiri
yang SEHARUSNYA fokus untuk melaporkan laba-rugi atas aktivitas perusahaan
terkait dengan produk/jasa yang mereka jual di PASAR BARANG/JASA (bukan pasar
modal).
Alasan ini cukup masuk akal. Pada
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan aktivitas pasar modal dan tidak
memiliki transaksi yang melibatkan mata uang asing, jelas kelompok akun-akun
ini TIDAK RELEVAN. Bahkan tidak ada gunanya sama-sekali. Hanya bikin bingung.
TETAPI, bagi perusahaan-perusahaan yang aktif di
pasar modal dan banyak melakukan transaksi dalam mata uang asing, pengaruh
aktivitas terkait dengan kedua akun tersebut sangat nyata bagi nilai ekuitas
pemilik.
Nah, TITIK KOMPROMI untuk
menampung kedua aspirasi yang bertentangan tersebut adalah dengan menyajikan
penambahan (sisipan) kelompok “Akumulasi Laba-rugi Komperhensif Lain”
atau “Accumulated Other Comprehensive Income” di bagian
ekuitas pemilik pada Neraca.
Ada dua point penting yang perlu diingat
terkait dengan sisipan ini, yaitu:
- Kelompok “Akumulasi Laba-rugi Komperhensif Lain” berada di luar perhitungan “Laba/Rugi Bersih” pada laporan laba-rugi biasanya.
- Kelompok “Akumulasi Laba-rugi Komperhensif Lain” samasekali bukan kelompok pendapatan atau kerugian operasional, melainkan kelompok ekuitas yang menampung segala efek yang timbul pada ekuitas dan kewaijab akibat naik-turunnya nilai aktiva dan kewajiban yang dilaporkan pada periode yang sama.
Selanjutnya kita bahas sedikit mengenai akun
“Penyesuaian Translasi Mata Uang Asing” dan akun “Laba-tugi Tak Terealiasi dari
‘Sekuritas-tersedia-untuk-dijual’”.
Penyesuaian Translasi Mata Uang Asing
Penyesuaian translasi mata uang asing timbul dari
perubahan nilai ekuitas perusahaan cabang di luar negeri sana (yang menggunakan
mata uang asing lalu diterjemahkan ke mata uang Rupiah). Misalnya: PT. JAK
punya perusahaan cabang di Malaysia—yang pembukuannya sudah pasti menggunakan
mata uang Ringgit Malaysia (RM). Nah jika suatu saat nilai tukar RM terhadap
IDR relatif melemah, maka nilai akuitas perusahaan cabang di Malaysia pada
laporan keuangan perusahaan induk di Indonesia akan menurun (saat dilaporkan
dalam IDR di Indonesia).
Sebelum “Akumulasi Laba-Rugi Komperhensif Lain”
ini diadopsi secara luas, termasuk di Indonesia, laba-rugi karena selisih nilai
tukar mata uang asing biasanya ditampung di akun “Pendapatan lain-lain” dalam
saldo positif jika laba atau negative jika rugi.
Sesuai dengan PSAK 1 (revisi 2009) yang telah
mengadopsi IFRS, jika perusahaan anda memiliki aktivitas yang menimbulkan
laba/rugi translasi mata uang asing, sejak tahun buku 2011 yang lalu anda bisa
melakukan koreksi langsung di neraca—tanpa melalui Laporan Laba Rugi.
Apakah jurnalnya jadi berubah?
Misalnya, nilai aktiva tetap menurun karena
pengaruh nilai tukar. Sebelum 2011 jurnalnya jurnalnya:
[Debit]. Laba/Rugi selisih kurs = Rp 1,500,000
[Kredit]. Aktiva Tetap = Rp 1,500,000
Dimana akun “Laba/Rugi Selisih Kurs” dimasukan ke
kelompok Laba-Rugi. Sejak 2011 kemarin, JURNALNYA TETAP
seperti itu, TETAPI akun Laba/Rugi Selisih Kurs dimasukan ke kelompok
neraca tepatnya di ekuitas pemilik.
Laba-tugi Tak Terealiasi dari ‘Sekuritas-tersedia-untuk-dijual’
Secara sederhana, ‘Sekuritas-tersedia-untuk-dijual’
adalah sekuritas atau surat berharga yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud
untuk TIDAK SEGERA DIJUAL, tetapi tidak berarti juga akan dipegang selamanya.
Fluktuasi nilai atas sekuritas tersebut, sudah
pasti akan menimbulkan laba-rugi yang pastinya mempengaruhi nilai ekuitas
pemilik (meskipun tidak ada hubungannya dengan operasional perusahaan).
Nasibnya tak jauh berbeda dengan translasi mata uang asing—dianggap
membingungkan jika disertakan dalam perhitungan laba-rugi normal. Untuk itu
maka oleh pengatur standar, perushaan dibolehkan untuk melakukan koreksi
langsung pada kelompok ekuitas—TANPA MELALUI LAPORAN LABA-RUGI.
Sedikit Mengenai Laporan Laba-Rugi Komperhensif
Karena aktivitas-aktivitas di luar operasional
normal kian-waktu-kian berkembang, ragamnya makin banyak, maka per 31 Desember
1998 perusahaan-perusahaan go-public di AS sana diwajibkan untuk menyajikan
rincian lebih detail mengenai aktivitas-aktivitas tersebut agar para pemegang
saham (dan pihak lain yang berkepentingan) paham betul darimana datang-nya
angka-angka tersebut.
Rincian lebih detailnya kemudian dituangkan di
dalam satu lembar laporan khusus yang disebut dengan “Laporan Laba-Rugi
Komperhensif” atau “Laporan Pendapatan Komperhensif”
saja. Di AS sana disebut dengan “Statement of Comprehensive Income”.
Contoh formatnya seperti di bawah ini:
Seperti terlihat dalam contoh, “Laporan Laba-Rugi
Komperhensif” mengikutsertakan akun “Pendapatan Bersih” (Net Income)—yang
berasal dari “Laporan Laba-Rugi’ tahun berjalan—di ujung atas.
Penggunaan “Laporan Laba-Rugi Komperhensif” ini
bisa dibilang cukup ampuh untuk mengatasi polemik selama ini—yang di satu
sisinya bisa tetap melaporkan laba/rugi terkait dengan PASAR MODAL (atau
aktivitas diluar operasional utama perusahaan) tanpa menganggu “Laporan
Laba-Rugi” yang biasanya.
Bayangkan jika pada suatu periode perusahaan
sesungguhnya membukukan laba bersih operasional sebebesar Rp 150 milyar, tetapi
karena ada selisih kurs atau menurunnya nilai-nilai surat berharga yang dibeli
hingga 200 milyar, maka laporan laba-rugi jadi menunjukan rugi 50 milyar. Hal
itu akan membuat perusahaan terkesan beroperasi secara tidak efisien, manajemen
terkesan tidak mampu menjalankan perusahaan dengan baik, padahal kerugian
sesungguhnya lebih banyak terjadi akibat keadaan eksternal (pasar saham dan
pasar uang) yang samasekali diluar kendali manajemen.
Tentunya, dalam situasi seperti ini manajemen
tidak bisa cuci tangan begitu saja—hanya karena adanya “Laporan Laba-rugi
Komperhensif”. Bagaimanapun juga manajemen yang prudent MESTINYA mampu
mengantipiasi kondisi buruk nilai tukar mata uang, termasuk kemungkinan
menurunnya nilai surat berharga yang mereka beli.
Bagaimana Pengaruh “Laba-Rugi Komprehensif” Bagi Perpajakan?
Di PSAK jelas disebutkan beberapa item yang
diikutsertakan dalam “Laporan Laba-Rugi Komperhensif Lain” antara lain:
- Perubahan surplus revaluasi aset tetap dan aset takberwujud (PSAK 16 & 19) – Jika menggunakan model revaluasi. Jika surplus, masuk ke Pendapatan Komprehensif Lain, jika setelah surplus ada kerugian maka kerugian masuk ke P&L setelah digunakan untuk membuat surplus menjadi nol.
- Laba/Rugi aktuarial program manfaat pasti (PSAK 24), diberlakukan per tahun buku 2012.
- Laba/Rugi penjabaran Laba-Rugi Komperhensif entitas asing (PSAK 10) – Hal ini berlaku jika memiliki cabang di luar negeri dan harus dikonsolidasi.
- Laba/Rugi pengukuran kembali aset keuangan kategori tersedia untuk dijual (PSAK 55)
- Bagian efektif laba/rugi instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas (PSAK 55 )
- Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi – Dicatat menggunakan metode ekuitas, misalnya jika entitas anak punya “other komperhensif income,” induk investasi 40%, maka induk mendapat bagian “other comprehensive income” sebesar 40% juga.
Sampai saat ini saya belum tahu bagaimana
response Ditjen Pajak
terkait dengan PSAK 1 revisi 2009 ini. Yang jelas penerapan PSAK ini
akan mem-BY-PASS-kan beberapa item yang dahulunya bisa
mempengaruhi Laba/Rugi kena pajak
perusahaan (badan). Mestinya sih tidak ada keberatan ya. Bagimanapun juga toh
laba/rugi kelompok ini bisa dibilang tidak bersifat INCREMENTAL.
Seperti saya sampaikan diawal, tinjuan ini saya
buat dengan pemahaman saya yang sangat terbatas. Untuk itu, sekiranya ada
masukan atau koreksi dari kawan-kawan, BRISTOL sangat berterimakasih karena hal itu
akan membantu kawan-kawan yang lain.
adana
ReplyDeleteadıyaman
afyon
ağrı
aksaray
0RB